Institut Golisano untuk Keberlanjutan (GIS) di Institut Teknologi Rochester memelopori teknologi otomatisasi daur ulang tekstil yang mampu memproses pakaian pascakonsumen yang kompleks — kemajuan penting untuk meningkatkan skala pemrosesan T2T yang sirkular.Didanai oleh REMADE Institute dengan dukungan Nike, Goodwill, dan Ambercycle, sistem berbasis AI dan laser ini mengatasi hambatan utama dalam daur ulang tekstil: komposisi yang tidak konsisten.
Permasalahan: Limbah Pasca-Konsumen yang Terkontaminasi
Lebih dari 11 juta ton tekstil berakhir di tempat pembuangan sampah AS setiap tahunnya.Sebagian besar adalah pakaian bekas pakai yang masih berisi ritsleting, cetakan, label, dan bahan campuran — sehingga daur ulang manual menjadi tidak ekonomis.Otomatisasi daur ulang tekstil tradisional menangani sisa-sisa industri yang dapat diprediksi, tetapi gagal menangani beragam limbah konsumen. Yooretex yakin inovasi GIS akhirnya menjembatani kesenjangan antara sirkularitas skala laboratorium dan otomatisasi daur ulang tekstil industri.
Cara Kerja Teknologi
1
Pemindaian Penglihatan AI:
Sistem konveyor 3 kamera menangkap pakaian pada resolusi milimeter;
Algoritma mendeteksi kerah, manset, dan logo menggunakan spektroskopi inframerah.
2
Penghapusan Presisi Laser:
Laser robotik memotong elemen yang tidak dapat didaur ulang tanpa merusak kain.
3
Penyortiran Otomatis:
Bahan-bahan bersih disalurkan ke aliran daur ulang khusus;
Memproses satu pakaian setiap 10 detik.
"Tidak seperti manufaktur di mana bagian-bagiannya dapat diprediksi, setiap pakaian pascakonsumen bersifat unik," kata pengembang AI Md Shahidul Islam."Sistem yang dipandu visi kami membuat keputusan secara real-time – sebuah revolusi dalam otomatisasi daur ulang tekstil.”
Dukungan Industri & Desain yang Dapat Diskalakan
Dr. Volker Sick, pimpinan teknis, menekankan skalabilitas: "Solusi pemrosesan T2T ini tidak akan menghilangkan limbah global saja, tetapi menjadikan pakaian pascakonsumen sebagai bahan baku yang menarik secara ekonomi – menghindari tempat pembuangan sampah dengan mengubah kompleksitas menjadi peluang."